Tuesday, October 14, 2003

Pak Adit guruku
Oleh: Khoirunnisaa Raudatul Aliyah (Nisaa)
[siswa SD-3]

Pak Adit adalah guruku sewaktu aku kelas 2 SD. Orang nya kreatif dan lucu.
Aku suka Pak Adit karna dia suka bercerita yang lucu -lucu. Aku suka dengerin ceritanya.
Pak Adit juga pernah membantuku menyelesaikan masalah saat aku bertengkar dengan Hana.
Sebenarnya aku sebel sama Hana karna dia suka marahin aku tapi karna pak Adit menenangkan hatiku, aku tidak sebel lagi.
Gerakan pak Adit itu lucu sekali. Aku suka gerakan nya.
Waktu itu aku pernah ke carita bersama pak Adit. Disitu indah sekali. Banyak binatang di situ.
Aku juga belajar pasang surut disitu. Waktu aku tema nya bangunan, aku membuat: jembatan dan maket bersama.
Pak Adit juga pernah membuat menara. Menara itu sangat bagus bagi ku.
Aku berharap suatu saat aku akan diajari lagi dengan pak Adit karna aku suka dengannya.
Aku juga berterima kasih sama pak Adit sudah mengajariku dulu di SD 2.

Kurikulum Berbasis Kompetensi: Terinspirasi Sekolah Alam?
Oleh: Endah Muthiah
[ortu Abi SD-2]

Pemerintah agaknya mulai menyadari kelemahan mendasar ini. Ada perkembangan menarik yang menunjukkan hal itu. Tahun 2003 dijadikan tahun sosialisasi untuk kurikulum baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang resmi akan dipakai menggantikan kurikulum 1994 pada tahun ajaran 2004/2005. Kebetulan saya adalah salah satu dari sekian banyak guru sekolah negeri yang mengikutinya.
Inti dari kurikulum ini adalah pengakuan pemerintah untuk mengembangkan/menumbuhkan kompetensi dari setiap peserta didik. Betapa pemerintah telah menyadari bahwa banyak yang hilang dari peserta didik dengan penggunaan kurikulum yang lalu, antara lain hilangnya kreativitas, karakter dan kecakapan hidup dari peserta didik.
Kurikulum yang lalu tidak bisa mengakomodasi perbedaan yang ada pada masing-masing individu peserta didik. Tidak cukup itu saja. Guru pun tak dapat banyak berbuat karena apa yang akan disampaikan pada peserta didik telah dibakukan dan dijadikan target pembelajaran kepada peserta didik, sehingga tiada ruang bagi guru untuk mengembangkan kreativitasnya. Para perumus konsep kurikulum baru (KBK) menyadari dan meyakini bahwa harus ada perubahan yang cukup radikal. Nilai bukan satu-satunya tujuan peserta didik bersekolah. Perumus kurikulum pun meyakini kontekstual teaching learning sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi, suatu pengakuan terakomodasinya perbedaan di masyarakat.
Sementara itu, sejak tahun 1998 angin segar telah dihembuskan dari sebuah tempat di bilangan Ciganjur, Jakarta Selatan oleh rekan-rekan dari Sekolah Alam yang tiada lelah dan penuh semangat mengusung sebuah konsep baru dalam pendidikan kita. Sungguh sebuah ide cemerlang yang dituangkan dalam suatu metode sederhana : "sekolah untuk semua". Tidak hanya siswa yang mengalami proses belajar, tetapi juga guru, orang tua dan seluruh pendukung sekolah-pun mengalami proses belajar. Kreativitas seluruh pihak dieksplorasi sehingga memunculkan peserta didik yang kompeten.
Kebetulan, saya beruntung bisa menyekolahkan ke dua putra saya di sekolah ini. Menariknya, saya melihat bahwa kurikulum yang baru akan diterapkan oleh pemerintah pada tahun ajaran 2004/2005 itu sebenarnya telah lama diterapkan di Sekolah Alam! Mungkinkah kurikulum baru (KBK) ini, walaupun dengan nama yang berbeda, banyak terinspirasi oleh konsep pendidikan di Sekolah Alam? Wallahu'alam. Jika benar, hal ini jadi terasa sebagai sebuah ironi, mengingat sulitnya Sekolah Alam mendapatkan izin dari Depdiknas.
Kurikulum Berbasis Kompetensi baru mulai disosialisasikan. Konsepnya bagus, entah bagaimana pelaksanaannya nanti di lapangan. Karena walaupun guru dibebaskan mengembangkan kreativitasnya, peran guru masih juga sentral. Yang jelas Sekolah Alam telah lima tahun lebih menerapkannya. Jauh sebelum KBK didengung-dengungkan.
Ah…saya semakin bersyukur anak-anak bersekolah di sana.